A. MENURUT ARRHENIUS
Menurut teori Arrhenius, zat yang
dalam air menghasilkan ion H + disebut asam dan basa adalah zat yang dalam air
terionisasi menghasilkan ion OH - .
HCl --> H + + Cl -
NaOH --> Na + + OH -
Meskipun teori Arrhenius benar,
pengajuan desertasinya mengalami hambatan berat karena profesornya tidak
tertarik padanya. Desertasinya dimulai tahun 1880, diajukan pada 1883, meskipun
diluluskan teorinya tidak benar. Setelah mendapat bantuan dari Van’ Hoff dan
Ostwald pada tahun 1887 diterbitkan karangannya mengenai asam basa. Akhirnya
dunia mengakui teori Arrhenius pada tahun 1903 dengan hadiah nobel untuk ilmu
pengetahuan.
Sampai sekarang teori Arrhenius
masih tetap berguna meskipun hal tersebut merupakan model paling sederhana.
Asam dikatakan kuat atau lemah berdasarkan daya hantar listrik molar. Larutan
dapat menghantarkan arus listrik kalau mengandung ion, jadi semakin banyak asam
yang terionisasi berarti makin kuat asamnya. Asam kuat berupa elektrolit kuat
dan asam lemah merupakan elektrolit lemah. Teori Arrhenius memang perlu
perbaikan sebab dalam kenyataan pada zaman modern diperlukan penjelasan yang
lebih bisa diterima secara logik dan berlaku secara umum. Sifat larutan amoniak
diterangkan oleh teori Arrhenius sebagai berikut:
NH 4 OH --> NH 4 + + OH -
Jadi menurut Svante August Arrhenius
(1884) asam adalah spesi yang mengandung H + dan basa adalah spesi yang
mengandung OH -, dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat
asam dan basa.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa:
Asam ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion H + .
Basa ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion OH - .
Contoh:
1) HCl(aq) --> H + (aq) + Cl -
(aq)
2) NaOH(aq) --> Na + (aq) + OH -
(aq)
pH Larutan
Pada
pembahasan asam basa Arrhenius, kita telah mempelajari penggunaan H+
dan OH- untuk menjelaskan pengertian asam-basa. Selain menjelaskan
pengertian asam basa H+ dan OH-
juga dapat digunakan untuk menerangkan derajat keasaman atau
kebasaan larutan asam basa. Semakin besar konsentrasi H+, semakin
besar sifat asamnya. Sebaliknya, semakin besar konsentrasi OH-,
semakin besar sifat basanya.
Namun,
pernyataan kekuatan asam atau kekuatan basa menggunakan [H+] dan [OH-]
memberikan angka yang nilainya sangat kecil dan cara penulisannya tidak
sederhana. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan yang dapat ditimbulkan oleh
penggunaan angka-angka yang tidak sederhana ini, pada 1909, Soren Peter Lauritz
Sorensen (1868-1939), seorang ahli biokimia dari Denmark mengajukan penggunaan
istilah pH. Angka pH suatu larutan menyatakan derajat atau tingkat keasaman
larutan tersebut. Nilai pH diperoleh sebagai hasil negatif logaritma 10 dari
konsentrasi ion H+. Dengan demikian, untuk larutan asam berlaku:
pH
= - log [H+]
Analog dengan pH, untuk larutan basa
berlaku
pOH
= - log [OH-]
B. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Asam ialah proton donor, sedangkan
basa adalah proton akseptor.
Teori asam basa dari Arrhenius
ternyata tidak dapat berlaku untuk semua pelarut, karena khusus untuk pelarut
air. Begitu juga tidak sesuai dengan reaksi penggaraman karena tidak semua
garam bersifat netral, tetapi ada juga yang bersifat asam dan ada yang bersifat
basa.
Konsep asam basa yang lebih umum
diajukan oleh Johannes Bronsted, basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Ionisasi asam klorida dalam air ditinjau sebagai perpindahan proton dari asam
ke basa.
HCl + H2O --> H3O + + Cl -
Demikian pula reaksi antara asam
klorida dengan amoniak, melibatkan perpindahan proton dari HCl ke NH 3 .
HCl + NH 3 ⇄ NH 4 + + Cl -
Ionisasi asam lemah dapat
digambarkan dengan cara yang sama.
HOAc + H 2 O ⇄ H 3 O + + OAc -
Pada tahun 1923 seorang ahli kimia
Inggris bernama T.M. Lowry juga mengajukan hal yang sama dengan Bronsted
sehingga teori asam basanya disebut Bronsted-Lowry. Perlu diperhatikan disini
bahwa H + dari asam bergabung dengan molekul air membentuk ion poliatomik H 3 O
+ disebut ion Hidronium.
Reaksi umum yang terjadi bila asam
dilarutkan ke dalam air adalah:
HA + H 2 O ⇄ H 3 O + +
A -
asam basa
asam konjugasi basa konjugasi
Penyajian ini menampilkan hebatnya
peranan molekul air yang polar dalam menarik proton dari asam.
Perhatikanlah bahwa asam konjugasi
terbentuk kalau proton masih tinggal setelah asam kehilangan satu proton.
Keduanya merupakan pasangan asam basa konjugasi yang terdiri dari dua zat yang
berhubungan satu sama lain karena pemberian proton atau penerimaan proton.
Namun demikian disosiasi asam basa masih digunakan secara Arrhenius, tetapi
arti yang sebenarnya harus kita fahami.
Johannes N. Bronsted dan Thomas M.
Lowry membuktikan bahwa tidak semua asam mengandung ion H + dan tidak semua
basa mengandung ion OH - .
Bronsted – Lowry mengemukakan teori
bahwa asam adalah spesi yang memberi H + ( donor proton ) dan basa adalah spesi
yang menerima H + (akseptor proton). Jika suatu asam memberi sebuah H + kepada
molekul basa, maka sisanya akan menjadi basa konjugasi dari asam semula. Begitu
juga bila basa menerima H + maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa
semula.
Teori Bronsted – Lowry jelas
menunjukkan adanya ion Hidronium (H 3 O + ) secara nyata.
Contoh:
HF + H 2 O ⇄ H 3 O + + F -
Asam basa asa m
konjugasi basa konjugasi
HF merupakan pasangan dari F - dan H
2 O merupakan pasangan dari H 3 O + .
Air mempunyai sifat ampiprotik
karena dapat sebagai basa dan dapat sebagai asam.
HCl + H 2 O --> H 3 O + + Cl -
Asam Basa
NH 3 + H 2 O ⇄ NH 4 + + OH -
Basa Asam
Manfaat dari teori asam basa menurut
Bronsted – Lowry adalah sebagai berikut:
1. Aplikasinya tidak terbatas pada
pelarut air, melainkan untuk semua pelarut yang mengandung atom Hidrogen dan
bahkan tanpa pelarut.
2. Asam dan basa tidak hanya
berwujud molekul, tetapi juga dapat berupa anion dan kation.
Contoh lain:
1) HAc(aq) + H 2 O(l) --> H 3
O+(aq) + Ac - (aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HAc dengan Ac - merupakan pasangan
asam-basa konjugasi.
H 3 O+ dengan H 2 O merupakan
pasangan asam-basa konjugasi.
2) H 2 O(l) + NH 3 (aq) --> NH 4
+ (aq) + OH - (aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
H 2 O dengan OH - merupakan pasangan
asam-basa konyugasi.
NH 4 + dengan NH 3 merupakan
pasangan asam-basa konyugasi.
Pada contoh di atas terlihat bahwa
air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton
akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).
C. MENURUT G.N.LEWIS
Selain dua teori mengenai asam basa
seperti telah diterangkan diatas, masih ada teori yang umum, yaitu teori asam
basa yang diajukan oleh Gilbert Newton Lewis ( 1875-1946 ) pada awal tahun
1920. Lewis lebih menekankan pada perpindahan elektron bukan pada perpindahan
proton, sehingga ia mendefinisikan : asam penerima pasangan elektron dan basa
adalah donor pasangan elekton. Nampak disini bahwa asam Bronsted merupakan asam
Lewis dan begitu juga basanya. Perhatikan reaksi berikut:
Reaksi antara proton dengan molekul
amoniak secara Bronsted dapat diganti dengan cara Lewis. Untuk reaksi-reaksi
lainpun dapat diganti dengan reaksi Lewis, misalnya reaksi antara proton dan
ion Hidroksida:
Ternyata teori Lewis dapat lebih
luas meliput reaksi-reaksi yang tidak ternasuk asam basa Bronsted-Lowry,
termasuk kimia Organik misalnya:
CH 3 + + C 6 H 6 ⇄ C 6 H 6 CH 3 +
Asam ialah akseptor pasangan
elektron, sedangkan basa adalah Donor pasangan elektron.
Keuntungan utama teori asam basa
Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai
reaksi asam basa dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry terbukti
sebagai reaksi asam basa dalam teori Lewis.
permasalahan :
BalasHapus1.Dalam teori arhenius Asam dikatakan kuat atau lemah berdasarkan daya hantar listrik molar. Bagaimana hubungan keelektrolitan , kekuatan asam basa dan derajat disosiasi ?
2. bagaimana teori Lewis dapat membuktikan bahwa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa ?
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
BalasHapusSebagai contoh reakasi antara boron trifluorida BF3 dan ion fluorida F-.
BF3 + F- BF4-
Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton, dengan kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry), asam ini disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk asam Lewis.